Pahami Proses Covid-19 Menginfeksi Paru-Paru Seseorang
Anindhya Danartikanya | 27 Maret 2020, 12:22
Bola.net - Meskipun banyak orang dengan Covid-19 memiliki gejala ringan, sebagian pasien mengalami penyakit pernapasan parah dan mungkin perlu dirawat untuk perawatan intensif. Dalam sebuah video baru, ahli patologi paru-paru Sanjay Mukhopadhyay, MD, menjabarkan secara rinci bagaimana gambaran paru-paru yang terinfeksi Covid-19.
Advertisement
Video berdurasi 15 menit ini membahas bagaimana Covid-19 menyebabkan kondisi yang berpotensi sebagai sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Lantas, apa hubungan antara coronavirus dan ARDS?
Para peneliti menemukan 50 dari 54 pasien yang meninggal akibat Covid-19 mengembangkan ARDS sementara hanya sembilan dari 137 yang selamat yang menderita ARDS. "Ini adalah kontribusi yang sangat, sangat signifikan untuk kematian pada pasien ini," kata Dr. Mukhopadhyay.
Jika Anda menderita ARDS, Anda akan memiliki gejala seperti sesak napas mendadak, napas cepat, pusing, detak jantung yang cepat, dan keringat berlebih. MenurutnyaDr. Mukhopadhyay, terdapat empat hal utama yang akan dicari dokter adalah:
- Jika Anda memiliki kondisi akut, dimulai dalam waktu satu minggu sejak pertama terkontaminasi atau muncul gejala baru atau memburuk.
- Jika sesak napas bukan disebabkan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan.
- Memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah Anda (hipoksia berat).
- Kedua paru-paru tampak putih dan buram (normalnya hitam) pada rontgen dada (disebut kekeruhan paru-paru bilateral).
Advertisement
Jadi Bagaimana ARDS Merusak Paru-Paru?
Pasien yang menderita ARDS akan mengalami kerusakan pada dinding kantung udara di paru-paru yang membantu oksigen masuk ke dalam sel darah merah kita. Itulah yang oleh dokter disebut kerusakan difusi alvelolar.
Dalam paru-paru yang sehat, oksigen di dalam kantung udara ini (alveolus) bergerak ke pembuluh darah kecil (kapiler). Pembuluh kecil ini, pada gilirannya, mengirimkan oksigen ke sel darah merah Anda. Dr. Mukhopadhyay menjelaskan proses evolusi membuat dinding alveolus menipis sehingga mempermudah pengiriman oksigen ke sel darah merah.
"Virus corona merusak dinding sel dan selaput alveolus serta pembuluh kapiler. Puing-puing yang menumpuk oleh semua kerusakan itu melapisi dinding alveolus mirip seperti cat yang menutupi dinding," kata Dr. Mukhopadhyay, seperti dikutip ClevelandClinic.
Kerusakan kapiler juga menyebabkan mereka membocorkan protein plasma sehingga menambah ketebalan dinding.
Menurut Dr. Mukhopadhyay, dinding alveolus menjadi lebih tebal dari yang seharusnya. Semakin tebal dinding ini, semakin sulit untuk mentransfer oksigen, semakin Anda merasa sesak napas, dan semakin memperparah penyakit hingga bisa berdampak kematian. Ia berharap dengan penjelasan ini membuat orang lebih serius menghadapi wabah saat ini.
"Tolong jangan anggap ini hanya sebagai 'infeksi virus lain yang akan berlalu, mohon lakukan semua tindakan pencegahan yang dianjurkan CDC. Tolong lindungi diri Anda, keluarga Anda, dan orang lain. Terlebih lagi jika pasien Covid-19 sampai mengalami pneumonia," katanya.
Prof John Wilson, ahli pernapasan dari Royal Australasian College of Physicians mengatakan, saat pasien Covid-19 mengalami batuk dan demam, itu merupakan akibat dari infeksi saluran napas yang mencapai cabang pernapasan. Infeksi ini akan mengiritasi jalan napas jika tidak segera tertangani yang bahkan setitik debu bisa merangsang batuk. Infeksi yang terus menyebar hingga alveolus (kantung udara) maka akan berakhir pneumonia.
"Paru-paru tidak mampu mendapatkan oksigen yang cukup untuk aliran darah, sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida. Itulah penyebab kematian umum pada penderita pneumonia berat," katanya.
Bisakah Pneumonia Diobati?
Prof Christine Jenkins, pimpinan Lung Foundation Australia, mengatakan belum ada obat yang bisa menghentikan pneumonia. “Orang-orang sudah menguji coba semua jenis obat dan kami berharap bahwa kami mungkin menemukan bahwa ada berbagai kombinasi obat virus dan anti-virus yang bisa efektif. Saat ini tidak ada perawatan yang ditetapkan selain dari perawatan suportif, yang kami berikan kepada orang-orang dalam perawatan intensif," katanya.
Jenkins mengatakan, yang saat ini bisa dilakukan dokter adalah memberikan ventilasi dan mempertahankan kadar oksigen yang tinggi sampai paru-paru mereka dapat berfungsi dengan cara yang normal lagi ketika mereka pulih.
Wilson mengatakan pasien dengan pneumonia virus juga berisiko terkena infeksi sekunder, sehingga mereka juga akan diobati dengan obat anti-virus dan antibiotik. "Dalam beberapa kasus, pneumonia menjadi tidak terkendali dan pasien tidak selamat," ujarnya.
Wilson mengatakan ada bukti bahwa pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19 mungkin akan sangat parah. Wilson mengatakan, kasus pneumonia corona cenderung mempengaruhi semua paru-paru, bukan hanya bagian kecil. Begitu pun orang-orang dengan penyakit jantung dan paru, diabetes dan orang tua.
Jenkins mengatakan bahwa, secara umum, orang berusia 65 tahun ke atas berisiko terkena pneumonia, serta orang-orang dengan kondisi medis seperti diabetes, kanker atau penyakit kronis yang mempengaruhi paru-paru, jantung, ginjal atau hati, perokok, dan bayi berusia 12 bulan ke bawah.
“Usia adalah prediktor utama risiko kematian akibat pneumonia. Pneumonia selalu serius untuk orang yang lebih tua dan pada kenyataannya dulu menjadi salah satu penyebab utama kematian pada orang tua. Sekarang kami memiliki perawatan yang sangat baik untuk pneumonia.
“Penting untuk diingat bahwa tidak peduli seberapa sehat dan aktif Anda, risiko Anda terkena pneumonia meningkat seiring bertambahnya usia. Ini karena sistem kekebalan tubuh kita secara alami melemah seiring bertambahnya usia, menjadikan tubuh kita lebih sulit melawan infeksi dan penyakit,” ujarnya pada The Guardian.
Disadur dari: Liputan6/Penulis: Fitri Syarifah/Editor: Fitri Syarifah/Dipublikasi: 26 Maret 2020
Advertisement
Video: Mengenal Status Pasien Terkait COVID-19 Seperti OTG, ODP, dan PDP
Baca Juga:
- Pentingnya Social Distancing demi Hindari Infeksi Virus Corona
- Video: Tips Hidup Sehat dan Terhindar dari Virus Corona
- Pahami Alur Penanganan Pasien Covid-19 demi Bantu Tenaga Medis
- Tetap Waspada, Pahami Hubungan Covid-19 dengan Hewan Peliharaan
- Pahami 5 Jenis Tata Kelola Karantina Menurut Gugus Tugas Covid-19
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Pandemi Corona Covid19, Haruskah Kita Cuci Pakaian Usai Bepergian?
Lain Lain 27 Maret 2020, 03:09 -
Mengenal Hantavirus, Virus Baru yang Mengancam Dunia Setelah Virus Corona
Lain Lain 26 Maret 2020, 20:02 -
Alami Gejala Covid-19? Ini 6 Langkah yang Harus Dilakukan
Lain Lain 25 Maret 2020, 16:55
LATEST UPDATE
-
Belum Jadi Starter Setelah Pulih dari Cedera, Gabriel Jesus Harap Sabar Dulu
Liga Inggris 21 Maret 2023, 09:44 -
Antonio Conte Bicara Fakta Menyakitkan dan Tottenham Tidak Siap Mendengarnya
Liga Inggris 21 Maret 2023, 09:35 -
Segera Dipecat Tottenham, Antonio Conte Sudah Pulang ke Italia
Liga Inggris 21 Maret 2023, 09:07 -
Sir Jim Ratcliffe Ga Mau Bayar Lebih, Kesempatan Untuk Investor Qatar?
Liga Inggris 21 Maret 2023, 09:07 -
3 Kandidat Pelatih yang Bisa Gantikan Antonio Conte di Tottenham
Liga Inggris 21 Maret 2023, 09:00 -
Jadwal Lengkap MotoGP Portugal di Sirkuit Portimao, 24-26 Maret 2023
Otomotif 21 Maret 2023, 08:55 -
Daftar Lengkap Pembalap MotoGP, Moto2, dan Moto3 2023
Otomotif 21 Maret 2023, 08:50
LATEST EDITORIAL
-
5 Bintang Premier League dengan Banderol Tertinggi
Editorial 20 Maret 2023, 14:52 -
9 Pemain yang Gabung Chelsea Bareng Eden Hazard, Bagaimana Nasibnya?
Editorial 20 Maret 2023, 12:59 -
5 Klub yang Bisa Jadi Tujuan Jude Bellingham Musim Depan, Liverpool atau MU?
Editorial 20 Maret 2023, 11:33 -
16 Pemain yang Terlupakan tapi Berhasil Meraih Gelar Bersama MU
Editorial 17 Maret 2023, 16:52
KOMENTAR